Edit ByKangdansen

Buka

Adsensecamp

April 2012

Nikmat Allah

Sesungguhnya kekuasaan Allah SWT. begitu luas dan tak terbatas. Dia yang menciptakan segalanya, mengatur semuanya dan menjaga serta memelihara seluruhnya. Baik dari bumi, langit dan apapun yang ada di alam semesta ini. Pada hakikatnya, semua keperluan manusia itu diurus oleh Allah SWT.. Hanya saja manusia sering keliru dalam pilihannya yang akibatnya dirinya menjauh dari pemeliharaan Allah serta tidak pernah merasa puas akan pemenuhan kebutuhan kita dariNya. Sahabatku yang insya Allah setiap langkahnya diridhoi oleh Allah SWT.. Apabila hidup diurusi oleh Allah SWT. semua permasalahn akan ada jalan keluarnya, kebutuhan kita tercukupi dan tidak akan pernah merasa kekurangan serta tidak pula berlebihan. Karena sesungguhnya Allah Maha Kuasa dan Maha Mengatur segala urusan kita di dunia ini. Sahabat mari kita tafakuri perjalanan hidup kita dimasa lalu. Dimulai dari kita masih berada di rahim seorang ibu. Apakah saat kita berada didalam rahim ibu kita, kita sudah mendapatkan rezeki? Rezeki kita telah telah ditetapkan oleh Allah melalui ibu kita. Sehingga kemudian jadilah tulang, daging, tangan, kuku, kulit dan lain sebagainya sehingga sempurna dan lengkaplah tubuh kita. Mari kita renungkan kembali, saat kita terlahir menjadi seorang bayi lucu, apakah kita memiliki tenaga, punya ilmu dan mempunyai pengalaman hidup? Jawabannya adalah tidak atau lebih tepatnya belum. Tapi apakah seorang bayi telah memiliki rezeki? Jawabannya punya. Allah memberikan rezeki kepada seorang bayi berupa air susu ibu (ASI), sehingga ia dapat tumbuh dan sehat. Dan yang lebih hebatnya lagi saat ibu kita tidak bisa mengeluarkan asi, karena akibat sebuah penyakit atau apapun, Allah masih memberikan rezekinya yaitu berupa susu sapi. Begitu berlimpahnya Allah telah memberikan kita rezeki. Kita lanjut lagi mentafakuri hidup kita. Sekarang renungkanlah hidup kita pada hari ini, makanan kita pada hari ini itu pun rezeki yang Allah berikan kepada kita. Bayangkan berapa langkah kita untuk menuju kepada makanan itu, dan berapa puluh ribu langkah makanan itu menghampiri kita? Nasi datangnya dari sebelah barat, lauk pauknya dari sebelah timur, bumbu-bumbunya dari sebelah utara dan sayur-sayurannya dari sebelah selatan. Bayangkan setiap harinya makanan yang kita makan harus menempuh jarak yang begitu jauh sekali, bukan hanya pagi ini kita makan tapi sudah bertahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun makanan yang kita makanan harus melakukan perjalanan yang sangat jauh hingga akhirnya sampai ke meja makan kita. Didalam surah Hud Allah berfirman, "Dan tidak ada suatu binatang melata (makhluk Allah yang bernyawa) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya."(QS.Hud(11):6) jadi sahabat kita tidak diperintahkan untuk mencari rezeki, karena kata "mencari" itu antara ada dan tiada. Melainkan kita diperintahkan untuk menjemput rezeki. Mengapa "menjemput"? Karena kalau mencari tadi sudah dijelaskan, antara ada dan tiada, sedangkan kalau menjemput itu pasti ada namun kita belum tentu bertemu saat itu juga. Kalau belum paham begini maksudnya. Ada seorang ibu yang ingin menjemput anaknya di Jakarta, sedangkan anaknya ada di Bogor. Anaknya ada, namun saat itu belum bisa bertemu. Begitu pun dengan rezeki kita. Boleh jadi kita menjemput rezeki kita, namun ditempat yang tidak semestinya, sehingga kita tidak bertemu dengan rezeki itu. Seperti seseorang yang mencari rezekinya ditempat yang haram, ia tidak akan menemukannya. Walaupun ketemu itu hanya bersifat semu dan tidak akan memberikan manfaat baginya. Jadi jangan heran jika kita melihat banyak yang terjerumus kedalam penjara karena dia menjemputnya ketempat yang salah. Begitulah Allah telah menjamin rezeki hambaNya yang ada di seluruh alam semesta. Bahkan cicak yang menempel di dinding saja Allah telah memberikan rezeki yaitu berupa nyamuk. Bayangkan seekor cicak yang menempel di dinding makanannya adalah nyamuk yang bisa terbang. Kelihatannya tidak adil, tapi apakah cicak tidak terpenuhi rezekinya? Sungguh indah sekali jika hidup kita diurus oleh Allah SWT. semuanya akan terpenuhi, tidak kurang dan tidak juga berlebih, semuanya PAS. Semoga dengan terpenuhnya urusan kita oleh Allah, kita bisa menjadi manusia yang pintar dalam berterima kasih dan pintar dalam bersyukur. Allahumma Amiin... Wallahualam bishawab!!! Redaksi : Ibni Abrar Referensi : Buku Jurus 5 US, Agar Hidup Allah Yang Ngurus.
Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →Nikmat Allah

Mau Jadi Idola? Coba Pikir Lagi Deh!

Oleh Abdul Al-Hafizh Masih seperti biasa di kost-kostan H. Umar, sudah menjadi kebiasaan ketika hari libur kalau ruang tamu menjadi tempat nongkrong paling asik. Mengapa jadi di ruang tamu? semua itu karena hanya di sanalah terdapat televisi yang merupakan sarana hiburan murah meriah untuk anak kost. Berhubung anak-anak kost H. Umar banyak yang pulang kampung, sehingga yang memonopoli tv di ruang tamu kali ini adalah Ihsan, sedangkan Abdul lebih tertarik untuk browsing dinetbook kesayangannya. *** Dul, enak bener ya jadi artis kayak di tv itu. Banyak punya fans dan jadi idola di mana-mana, coba gue bisa kayak gitu. Ko elo mau-maunya sih pengen jadi idola? kalo gue mah ogah banget. Kenapa jadi ogah dul? kan enak tuh banyak punya fans, disenengin ama orang banyak. Emang sih disenengin ama orang banyak, tapi kan elo tau gimana hidupnya seorang idola, sama sekali ngga punya privasi bro. Masa gara-gara kayak gitu aja elo ogah jadi idola, kan masih banyak enaknya. Lihat aja tuh mereka, pada seneng-seneng aja tuh. Itu kan kalo di depan kamera, di belakang kamera siapa yang tau. Selain itu udah banyak mas bro fakta kalo kehidupan idola itu ngga seenak yang dibayangin sama orang-orang. Dan asal elo tau, sebenarnya menjadi seorang idola itu hal yang menyedihkan lo! Ko menyedihkan sih? emangnya kenapa? Ya menyedihkan, kalo aja mereka tau tentang ancaman Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam bagi para idola, pasti deh mereka akan berpikir ribuan kali untuk jadi idola. Emang ada haditsnya? Ada ko haditsnya, biar elo percaya elo aja deh yang baca haditsnya. (Sembari menyerahkan netbooknya ke tangan Ihsan) Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa mempelopori sebuah kebiasaan yang baik di dalam Islam, maka ia akan mendapatkan pahalanya, dan (pahala lain serupa dengan) pahala semua orang yang ikut mengamalkannya sesudahnya, dengan tanpa mengurangi pahala bagian mereka sedikitpun. Dan (sebaliknya) barangsiapa mempelopori sebuah kebiasaan buruk di dalam Islam, maka ia akan menanggung dosanya dan (dosa lain setara dengan) dosa orang-orang yang ikut mengamalkannya sesudahnya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” (HR. Muslim). Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Barangsiapa mengajak kepada sebuah petunjuk (hidayah), maka ia dapat pahala yang setara dengan pahala semua orang yang mengikuti petunjuk itu, dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan (sebaliknya) barangsiapa mengajak kepada suatu kesesatan, maka ia akan menanggung dosa yang serupa dengan dosa setiap orang yang mengikuti kesesatan itu, dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anha.) Nah sudah tahukan elo kalo jadi idola itu ngga gampang, soalnya kalo tuh idola keblinger dan fansnya juga pada ngikutin maka tuh idola bakalan nanggung dosa dari fansnya. Apa ngga mengerikan tuh? Ternyata jadi idola emang ngga selamanya enak ya, udah ngga punya privasi ternyata juga mesti hati-hati dalam bersikap ya. Ya begitulah, makanya mikir-mikir dulu deh kalo elo mau jadi idola. Jangan keburu nafsu gara-gara ngeliat hidup mereka yang serba wah. *** Kamera menjauh dari lokasi, dan episode ini pun berakhir. Insya Allah kita berjumpa dilain kesempatan. Tetap optimis ya…!!! Abdul Al Hafizh Mau Jadi Idola? Coba pikir lagi deh! http://www.eramuslim.com/oase-iman/abdul-al-hafizh-mau-jadi-idola-coba-pikir-lagi-deh.htm
Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →Mau Jadi Idola? Coba Pikir Lagi Deh!

Galau Kok Jadi Trend

Oleh Agus Suryanto Apakah engkau yang sedang galau? Galau karena saat ini sedang “jomblo”. Galau karena setelah ‘tebar pesona’ dan ‘banting harga’ namun malam minggu tetap ‘garing’ tanpa sosok kekasih. Galau karena baru saja diputusin dan belum dapat ‘mangsa’ baru. Galau karena ‘ortu’ sang kekasih menanyakan kapan menikah padahal ‘jadian’ sudah 5 tahun. Sehingga akhirnya ‘FB” penuh dengan status ‘ratapan’, seolah dinding/wall di ‘FB’ itu bagaikan dinding ratapan di Yerusalem dimana banyak Yahudi meratap padanya. Lupakah engkau akan firman Allah QS Al Israa ayat 32 : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. Karena pacaran itu awalnya kenalan, kemudian pegangan, yang akhirnya tergoda syetan untuk melelang ‘kehormatan’ atas nama ‘penjajagan’. Maka daripada engkau galau, bukalah buku dan belajarlah jika engkau adalah pelajar dan mahasiswa, berkaryalah dengan professional dan maksimalkan potensi diri jika engkau adalah pekerja dan jika engkau telah ‘mampu’ menikah maka ‘ta’aruf’lah dan segeralah menikah setelah khitbah. Masa antara khitbah dan akad nikah bukanlah semacam ‘masa sanggah’ pada tender-tender proyek untuk memberikan kontestan lain melakukan ‘keberatan’ atau semacam masa ‘orientasi pra nikah’ sehingga ‘legal’ untuk menjalankan beberapa ‘rutinitas’ suami istri. Apakah engkau yang sedang galau? Galau karena sedang menghitung hari masa jabatan padahal belum mengembalikan ‘pinjaman’ dari sahabat dan handai taulan. Galau karena ‘elektabilitas’ menurun padahal ongkos pencitraan telah digelontorkan. Galau karena ‘mahar’ yang disiapkan belumlah cukup untuk operasional masa pemilihan. Yang akibatnya hatimu risau akan menjadi ‘pengangguran’ yang memaksamu melupakan kehormatan dan kemewahan kehidupan. Lupakah engkau akan firman Allah QS Ali Imron ayat 26 :” Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Karena hakikatnya jabatan adalah ‘pemberian’ Allah yang dipergilirkan kepada hamba-Nya. Maka daripada engkau galau, bukalah lembaran-lembaran waktu dalam ingatanmu dan bermuhasabahlah lalu tanyakan kepada hatimu apakah engkau telah amanah dengan tanggungjawab yang dibebankan dan adil terhadap orang-orang yang engkau pimpin. Karena “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabann ya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang suami adalah pemimpin terhadap keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang istri adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawabann ya. Seorang pembantu adalah pemimpin terhadap harta majikannya, dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Dan jika adil, maka engkau telah mendapatkan perlindungan dari Allah di hari yang tidak ada perlindungan selain dari-Nya : “Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda : “Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : Pemimpin yang adil, Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala, Seseorang yang hatinya senantiasa digantungkan (dipertautkan)” dengan masjid, Dua orang saling mencintai karena Allah, yang keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya. Seorang laki-laki yang ketika diajak [dirayu] oleh seorang wanita bangsawan yang cantik lalu ia menjawab :”Sesungguhnya saya takut kepada Allah.”Seorang yang mengeluarkan sedekah sedang ia merahasiakanny, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di tempat yang sepi sampai meneteskan air mata.” Apakah engkau yang sedang galau? Galau karena tetangga sebelah membeli TV flat 32” merk terkenal sedangkan dirumah TV 14” yang sudah pudar warnanya. Galau karena tetangga yang baru pindah memiliki MPV padahal masih muda sedangkan dirumah motor butut yang kadang-kadang mogok. Galau karena karena tidak mendapatkan tiket konser boyband Korea padahal sudah berdesakan dalam antrian. Galau karena sahabatmu mengirim sms :”Minta pin BB dong”, padahal ditangan adanya HP ‘seribu ummat’ sehingga engkau tidak bisa BBM-an untuk minta Apel Malang atau update ‘FB’ dan twiter. Lupakah engkau akan firman Allah QS Ali Imron ayat 14 :” Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” Karena hakikatnya kehidupan dunia adalah sementara dan pasti kita akan kembali ‘pulang’ ke ‘kampung’ akhirat. Maka daripada engkau galau, syukurilah apa yang ada saat ini sembari berusaha menambah nafkah untuk mencukupi kebutuhanmu. Pintar-pintarlah memilih antara ‘kebutuhan’ dan ‘keinginan’ sehingga engkau tepat membelanjakan hartamu. Berinfaq dan bersedekahlah dengan ikhlas karena sebenarnya itulah hartamu yang akan engkau bawa pulang ke negeri yang kekal. Itulah hartamu yang akan menerangimu di Alam Kubur dan menjadi istanamu di syurga-Nya. Apakah engkau yang sedang galau? Galau karena Ujian Akhir Nasional (UAN) sebentar lagi tiba. Galau karena engkau tidak mau anak didikmu gagal dalam pelajaran yang engkau ampu. Galau karena engkau khawatir prosentase kelulusan di sekolahmu tidak 100% sehingga menurunkan minat para calon pendaftar dan membuatmu terancam digeser dari posisi kepala sekolah. Galau karena sebagai kepala instansi yang membidangi pendidikan engkau takut jabatanmu lepas dan digeser karena prosentase kelulusan di daerahmu tidak memenuhi target yang ditetapkan kepala daerah. Galau karena sebagai kepala daerah engkau takut prosentase kelulusan di daerah yang engkau pimpin tidak 100% sehingga tidak bisa dibanggakan saat kampanye pemilihan yang kedua dan mendapat penghargaan dari pemerintah pusat. Yang akhirnya kegalauan itu mendorongmu berbuat ‘curang’ dengan menebar kebaikan kepada para peserta UAN untuk dapat menjawab soal di ruang ujian. Lupakah engkau akan firman Allah QS Al Baqoroh ayat 186 :” Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. Karena meminta kepada Allah yang akan mengabulkan do’a adalah lebih baik daripada menjadi ‘pahlawan’ di ruang ujian. Maka setelah itu bertawakalah kepada Allah setelah engkau berusaha maksimal sesuai QS Ali Imron ayat 159 :”…….Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” Pasrahkanlah segala sesuatunya karena tidak ada satupun yang akan luput dari-Nya dan takdir telah tertulis di Lauh Mahfudz bahkan sebelum kita dilahirkan ke dunia :” Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang”. (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah) Dan jika setelah petunjuk dari Allah engkau terima namun tetap menjadi penggemar 'Andilau' (antara dilemma dan galau) dan tetap mengatakan :” Aku galau…”. Maka satu yang tepat untuk menjawabnya adalah ungkapan ‘kamseupay”.
Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →Galau Kok Jadi Trend

Kenapa Kamu Galau?

Oleh bidadari_Azzam
Di ujung negeri antah berantah
Maupun di benua biru bersalju
Kutemukan sebuah kelucuan kata
Entah remaja maupun orang dewasa menyebut makna “Galau”
Seorang saudariku bercerita bahwa tatkala keluarga kami mudik ke Indonesia beberapa minggu lalu, dia berkenalan dengan seorang muslim dari negara tetangga via jejaring sosialnya. Namun pembicaraan mereka yang telah serius segera membuahkan hasil ‘dadakan’, yaitu mereka akan bertemu di Krakow dan membicarakan pernikahan. Sebut saja Muslimah, sisterku ini begitu bersemangat kalau bercerita tentang ragam kisah cintanya di usia remaja. Singkat kata, “Sister, I have invited him, jadi si brother ini datang ke Krakow, dan menginap di rumah orang tuaku…”, ujar sister Muslimah padaku. “Invite” disini tentunya berarti mensponsori visa si pendatang dan harus mendukung urusan “hidup si pendatang ketika disini”. Beberapa hari berlalu, si brother mengajak sister untuk berkunjung ke flat seorang wanita Poland, sebut saja si wanita ini Halina. Muslimah bertemu dengan Halina dan ikut berbincang-bincang. Beberapa menit selanjutnya, datanglah seorang bocah imut, bayi laki-laki yang lucu yang belum genap berusia dua tahun menuju Halina. Hati Muslimah mulai bertanya-tanya, apalagi dilihatnya bahwa brother tersebut lebih akrab dengan Halina, dan dalam momen lanjutannya ia bahkan hampir pingsan melihat brother itu mencium Halina. “Ooooh, My God!!! Ternyata si brother bilang ke Halina bahwa saya adalah ‘sister in Islam’, hanya itu! Dan Ketika saya tanya kepada Halina, “who are you?”, jawabannya membuat muka saya merah dan ingin berteriak sekencang-kencangnya namun saya tahan! Halina itu adalah wanita Poland yang merupakan istri (dengan nikah siri) dari si brother. Dan beberapa waktu lalu, brother itu harus pulang ke tanah airnya karena kehabisan visa, maka ia harus meninggalkan istri dan anaknya yang baru berusia sebulan. Kacau…. Kacau… hati saya pun jadi kacau, dan galau….”, bernada emosi, ia ceritakan padaku kegalauan itu. “Boro-boro ia datang padaku untuk membicarakan pernikahan, jelas-jelas ia sedang kangen pada bayinya dan sudah beristri dengan Halina itu!”, sambungnya. Yah, banyak kejadian serupa terjadi di Eropa secara umum, menimpa saudari muallaf kita, mayoritas kasusnya adalah ‘urusan visa’. Seperti si brother (suami Halina tersebut), ia memperalat sister Muslimah karena kesulitan berkomunikasi dengan Halina, sedangkan (menurutnya) ia rindu pada bayinya. Pengalaman buruk sister lain yang diketahui Muslimah pun membuatnya jadi tambah galau, ia bilang, “Dan masya Allah… sister Ummu Azzam, I have heard that sist Fulanah has divorced! Dan sist Layla dipukuli suaminya! Ya Allah… Mungkin saya memang gak akan punya suami, pusing! Laki-laki egois semua yah?!”, ujarnya, “Hehehehe…. Sisters lain banyak lho yang punya suami sholeh dan baik hati, termasuk saya….”, kalimatku mengingatkannya pada Abu Azzam. Ia jadi tersenyum meskipun agak terpaksa, senyum yang kurang optimis, “Iya… kamu beruntung. Suamimu ‘egois’ untuk hal yang tak mengizinkan istri bekerja di luar rumah tetapi memang memenuhi semua kebutuhan keluarga dengan baik, dan kamu memang istri yang taat suami, sister, sampai saya terkagum-kagum melihat anak-anakmu yang sopan dan ceria, subhanalloh… Hmmmm, tapi ini karena suamimu adalah muslim yang baik dan kamu memang muslimah yang baik…. Aaaah, kapan sih bisa ketemu yang kayak suamimu???”, ia curhat seraya menarik kesimpulan sendiri. Kupegang tangannya yang tampak tegang, ah jadi teringat, sepuluh tahun yang lalu, mungkin kalau saya curhat di depan seniorku, seperti itulah emosi diri ini, demikian pikirku. Betapa berbeda emosional diri remaja belasan tahun hingga usia menginjak dua puluh dua, Alhamdulillah ternyata diriku kini telah melalu usia “ekstra waspada” itu dengan selamat sentosa dalam mahligai indah perlindungan terbaik-Nya. “Hmmmm…dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula), that’s surah An-Nuur, sist….Subhanalloh, kamu sudah berhasil menyimpulkan sendiri permasalahanmu…iya khan?”, kukedipkan mata padanya. Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Tata hidup agar sesuai ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah laki-laki yang sholeh, jadilah wanita yang sholehah. Jangan sampai tergoda untuk belajar dari tontonan bejat yang menampilkan adu domba dan fitnah agar bisa meraih impian bersuami atau beristrikan pasangan yang berharta segunung dengan omset bermilyar dollar dalam bisnisnya, dan ujungnya bisa berbulan madu di kapal pesiar mewah---tanpa diketahui pihak jelata bahwa kesenangan itu diraih dari tindakan haram korupsi dan kolusi, yang sesungguhnya akan berujung ‘sad-ending’ di yaumil hisab. Naudzubillahi minzaliik. Semoga Allah melimpahkan hal terbaik buat kita. Maka kita optimalkan ikhtiar dengan memperbaiki diri, meluruskan cita-cita dan niat, pembersihan hati setiap saat, insya Allah di waktu yang tepat, sosok yang tepat itu datang dengan suasana yang paling baik pula, Aamin. Kulanjutkan dengan kalimat tanya, “Sister yakin ingin menikah saat ini?”, (sambil mikir-mikir, ada banyak ikhwan Indonesia nih yang “nitip salam kenal”, hehehe). Sisterku itu yang memang lagi galau, menjawab pun galau, “Nikahnya nanti sist, maksudku…. Saya mau fokus kuliah dulu, nungguin kuliah selesai, kan saya juga mau ber-relationship seperti teman lainnya….”, jawabnya. Naah, kalau memang sedang sibuk dan fokus kuliah, dinikmati aja! “Dear…. Kalau gitu, fokusin saja kuliah kamu. Nanti kalau kamu memang benar-benar siap mau menikah, muslim sholeh terbaik yang merupakan jodoh dari-Nya pasti akan hadir. Sekarang dia belum datang di hadapanmu, karena memang kamunya belum siap, kan sist?! Gak usah mikirin suami si anu yang menceraikan istrinya, suami si itu yang memukuli istrinya, dan sebagainya, pokoknya gak perlu galau, cukuplah kamu isi aktivitas bermanfaat di hari ini, masa mendatang adalah misteri-Nya bukan untuk menyebabkan pikiran galau…hehehe”, kalimatku mungkin tak terlalu didengarkannya, sisterku masih cemberut alias manyun, lingkungan pergaulan memang sangat mempengaruhi seseorang, kalau menjadi ‘jomblo’ sementara semua teman berpacaran, maka yang menjomblo itu agak minder, kemungkinan besar seperti itulah perasaan saudariku ini. Di sisi lain, sosok Zayhana sedang resah dan galau pula, ia sedang berduka, perceraian tak terelakkan, belum genap setahun pernikahannya sehingga saudari lainnya bertanya seraya mengurut dada, “What’s wrong, dear?”. Ternyata “penipuan masalah visa” terjadi lagi (dan memang masih terus-menerus terjadi). Satu hari di hari H pernikahan Zayhana, suaminya baru berkata jujur bahwa sesungguhnya ia sudah menikahi wanita lain karena terdesak urusan visa beberapa waktu lalu, namun ‘istri pertama’nya itu akan diceraikannya karena memang mereka melakukan pernikahan demi selesainya prosedur visa tersebut, tak ada hubungan suami-istri, tak tinggal serumah, dan sejenisnya. Zayhana merasa sakit hati dan kesal sekali, kami yang mendengar hal itu pun turut terkejut, astaghfirrulloh…Alangkah beraninya pemuda itu mempermainkan lembaga suci pernikahan demi kepentingan pribadi atas selembar visa Eropa! Namun belum sempat urun saran membukakan pikiran Zayhana yang masih sangat muda itu, sisters lainnya tak dapat berbuat apa-apa ketika Zayhana memutuskan untuk langsung bercerai dengan sang suami, bahkan dengan cepat ia telah berkenalan akrab kembali dengan pemuda muslim dari negara lain dan menanti berakhirnya masa ‘iddah untuk segera menikah. Kemudian, calon suami kedua tersebut memiliki problem dalam keluarga besarnya, Zayhana yang baru resmi bercerai pun menjadi kembali galau. Dan ajang silaturrahim pun bisa dijadikan ajang curhat tanpa solusi, ngobrol ngalor-ngidul tentang ‘pangeran idaman’, padahal tuan rumah biasanya menginginkan momen pendekatan yang lebih akrab di antara saudari muslimah ketika mengundang untuk bersilaturrahim. Yah, kegalauan yang kian meresahkan hati itu biasanya berimbas pada hubungan pertemanan, ‘jeleknya mood’ dalam beraktivitas, bahkan menurunkan potensi dan kreativitas. “Maafkan saya sister, hanya dapat menjadi pendengar yang baik, atau kurang baik malah, sebab anak-anakku yang sibuk bermain atau sesekali rewel di dekat kita terkadang menyebabkan pembicaraan menjadi kurang jelas. Namun saya yakin bahwa sekarang kamu lebih lega dan punya ide pribadi agar problemmu segera selesai. Yang Paling Setia mendengarkan keluhan dan kegelisahanmu adalah Allah, sist… tanyakan pada-NYA, yakin deh, pasti galau itu lenyap disiram air wudhu…sabar dan sholat adalah penolong buat hamba-Nya yang beriman…”, kalimat itu sering kuucapkan pada saudariku di Krakow yang tengah resah dan galau. Satu hal yang kukagumi ketika sisters tersebut tengah dilanda masalah dalam kegalauan yang amat sangat, ternyata yang mereka cari adalah saudari (muslimahnya), atau menuju masjid, atau bertanya tentang jadwal silaturrahim dalam waktu dekat agar tidak makin stress menghadapi kenikmatan ujian hidup, berbeda dengan teman-teman yang bukan muslim yang mengalihkan permasalahan dengan meminum pil penenang atau bermabuk-mabukan dengan berbagai jenis minuman keras meskipun jika dianalisa, perkara yang dihadapi amatlah sepele. Bagaimana dengan saudara-saudari di Indonesia? Kenapa kamu galau dengan beberapa hentakan di atas bumi-Nya Sedangkan kita hanya menumpang tinggal sebentar saja Mungkin tulus ikhlas dalam nurani harus kita analisa lagi Dan kekuatan hubungan dengan-Nya harus kian kita kencangkan Serta lembaran cerita persahabatan tetap teruntai sejati Tiada galau dan resah dalam kamus optimis pemuda islam Semangat meraih cita dan tetaplah optimis pada pertolongan Ilahi Wallohu’alam bisshowab. (bidadari_Azzam, @Krakow, jelang malam 15 april 2012, Salam Ukhuwah!) http://www.eramuslim.com/oase-iman/bidadari-azzam-kenapa-kamu-galau.htm
Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →Kenapa Kamu Galau?

Sebelum Meninggal Dia Mengatakan, "Aku Mencium Bau Surga!"


Dalam sebuah hadits yang terdapat dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Ada tujug golongan orang yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari tiada naungan seleain dari naunganNya... di antaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah."

Dalam sebuah hadits shahih dari Anas bin an-Nadhir ra, ketika perang Uhud ia berkata, "Wah... angin Surga, sungguh aku mencium bau Surga yang berasal dari balik gunung Uhud."

Seorang Dokter bercerita kepadaku, Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata seorang pemuda yang sudah meninggal -semoga Allah merahmatinya. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya?

Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya -semoga Allah membalas kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit atau mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah marah dan jengkel? Atau apa?

Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka. "Jangan khawatir! Saya akan meninggal... tenanglah... sesungguhnya aku mencium bau Surga!" Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat trsebut di hadapan para dokter yang sedang merawatnya, ia berkata kepada mereka, "Wahai saudara-saudara, aku akan mati, janganlah kalian menyusahkan diri sendiri... karena sekarang aku mencium bau Surga."

Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, "Asyhadu alla ilaha illAllah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah". Ruhnya melyang kepada Sang Pencipta.

Allohu Akbar... Apa yang harus kukatakan dan apa yang harus aku komentari... semua kalimat tidak mampu terucap... dan pena telah kering di tangan... aku tidak kuasa apa-apa kecuali hanya mengulang-ulang firman Allah.

"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." (QS. Ibrahim [14] : 27)

Tidak ada yang perlu dikomentari lagi. Ia melanjutkan kisahnya. Mereka membawanya untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudaranya Dhiya' di tempat memandikan mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terkahir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesuah shalat Magrib pada hari yang sama.

1. Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat." Ini merupakan tanda-tanda khusnul khatimah.

2. Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga para persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Padahal tubuh rang yang sudah meninggal itu dingin, kering dan kaku.

3. Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.

Subhanalloh...sungguh indah kematian seperti ini. Kita mohon semoga Alloh menganugerahkan kita husnul khatimah.

Saudara-saudaraku tercinta... kisah belum selesai... saudara Dhiya' bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang biasa ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabannya?

Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya? Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang terlarang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia mendapatkan husnul khatimah yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-idamkan; meninggal dengan mencium bau Surga.

Ayahnya berkata, "Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapar melaksakan shalat Shubuh berjamaah. Ia gemar menghafal al-Qur'an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU."

Aku katakan, "Maha benar Alloh yang berfirman, 'Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Rabb kami ialah Alloh" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) Surga yang telah dijanjikan kepadamu" Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'." (QS. Fushshilat [41] : 30-32)

(Serial Kisah Teladan; Muhammad bin Shalih Al-Qahthani)
www.eramuslim.com
Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →Sebelum Meninggal Dia Mengatakan, "Aku Mencium Bau Surga!"

Busana Muslimah : Tren atau Kewajiban?

Berdasarkan data tahun 2009, jumlah penduduk Indonesia mencapai 202,87 juta jiwa dengan persentase 88,2 % penduduknya adalah muslim. Dengan jumlah ini Indonesia menjadi negara dengan jumlah muslim terbesar di Dunia. Kini, negeri muslim terbesar ini tengah di proyeksikan oleh Indonesia islamic Fashion Consortium (IIFC) menjadi sentral mode busana muslimah di dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat Indonesia memiliki tingkat ekspor busana muslim dan muslimah yang besar ke berbagai negara. Walhasil, Industri pakaian muslimah kini berkembang pesat. Busana muslimah kini menjadi tren yang populer dan diminati oleh muslimah di Indonesia.

Perkembangan mode dan tren busana muslimah ini sebenarnya membawa dampak negatif akan pergeseran nilai busana muslim menjadi sekedar tren dan fashion, bukan lagi dilihat sebagai tuntutan syariat yang wajib dilaksanakan. Lihat saja busana muslimah yang kini marak beredar lebih mengedepankan mode dan mengesampingkan syariat. Walhasil, menutup aurat pun bukan lagi berlandaskan pemahaman Islam namun lebih pada mengikuti perkembangan tren dan zaman.

Pergeseran nilai tersebut, menjadi salah satu bukti telah melunturnya nilai-nilai islam dalam kehidupan. Islam dan syariatnya mulai diasingkan dan dianggap sekedar kebudayaan. Padahal islam adalah sistem kehidupan dari Allah yang wajib diterapkan, nilainya pun tetap dan kekal tanpa memandang zaman.

Dengan demikian diperlukan usaha dan perjuangan yang tidak sedikit untuk mengembalikan Islam sebagai satu-satunya standar nilai dalam kehidupan baik individu, masyarakat maupun dalam bernegara. Tak layaklah bagi manusia menentukan nilai dan hukum suatu perkara, karena yang berhak menentukan baik-buruk dan terpuji-tercelanya sesuatu adalah Allah saja, Dzat Yang Maha mengetahui hakikat hamba-Nya. Sehingga syariat-lah yang akan menjadi motivasi dan tujuan manusia melaksanakan suatu perbuatan. Wallahu’alam

Fenti Fempirina Komariah
http://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/busana-muslimah-tren-atau-kewajiban.htm
Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →Busana Muslimah : Tren atau Kewajiban?

Justice Voice-Kebenaran

Rintik hujan menetes perlahan Menepis lembut butiran kabut Dinding dinding kaca Membersitkan cahya nan meredup Nampak samar cahya kebenaran Berbaur lekat dengan prasangka Ketulusan jiwa Terbalut praduga merana Akankah ku temukan hati mutiara Yang memancarkan cinta tiada kan sirna Yang tetap bercahaya dalam gelap Nampak indah dalam benderang Berkilauan sinarnya penuh pesona Yang menyejukan siapapun juwa Akan ku rengkuh dalam kasih kau Ku biarkan di hati Bersemayam abadi Tak kan kubiarkan pergi Ku jaga kesucianmu kasih Ku dengar nuranimu Buatku berteduh Untuk selamanya
Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →Justice Voice-Kebenaran

Edcoustic-Menjadi Diriku

Tak seperti bintang di langit
Tak seperti indah pelangi
Karena diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya
Dan wajahku memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Ku akui ku bukanlah mereka
Ku apa adanya
*) Menjadi diriku
Dengan segala kekurangan
Menjadi diriku
Atas kelebihanku
Terimalah aku
Seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa
Ku pun tak sempurna
Tetap ku bangga
Atas apa yang ku punya
Setiap waktu ku nikmati
Anugerah hidup yang ku miliki
Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →Edcoustic-Menjadi Diriku

Edcoustic-Pertengkaran Kecil

Sedih Bila Kuingat Tengkaran Itu
Membuat Jarak Antara
Kita Resah Tiada Menentu Hilang Canda Tawamu
Tak Ingin aku Begini Tak Ingin Begini
Sobat Rangkaian Masa Yang Tlah Terlewat
Buat Batinku Menangis
Mungkin Karena Egoku
Mungkin Karena Egomu
Maaf aku Buat Begini
Maaf aku Begini
Reff: Bila Ingat Kembali Janji Persahabatan Kita
Tak Kan Mau Berpisah
Karena Ini
Pertengkaran Kecil Kemarin
Cukup Jadi Lembaran Hikmah
Karena aku Ingin Tetap Sahabatmu

Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →Edcoustic-Pertengkaran Kecil

Etika Dalam Do'a

1. Terlebih dahulu sebelum berdo`a hendaknya memuji kepada Allah kemudian bershalawat kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam pernah mendengar seorang lelaki sedang berdo`a di dalam shalatnya, namun ia tidak memuji kepada Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam maka Nabi bersabda kepadanya: “Kamu telah tergesa-gesa wahai orang yang sedang shalat. Apabila anda selesai shalat, lalu kamu duduk, maka memujilah kepada Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdo`alah”. (HR. At-Turmudzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani). 2. Mengakui dosa-dosa, mengakui kekurangan (keteledoran diri) dan merendahkan diri, khusyu’, penuh harapan dan rasa takut kepada Allah di saat anda berdo`a. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera di dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo`a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu` kepada Kami”. (Al-Anbiya’: 90). 3. Berwudhu’ sebelum berdo`a, menghadap Kiblat dan mengangkat kedua tangan di saat berdo`a. Di dalam hadits Abu Musa Al-Asy`ari Radhiallaahu anhu disebutkan bahwa setelah Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam selesai melakukan perang Hunain :” Beliau minta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya; dan aku melihat putih kulit ketiak beliau”. (Muttafaq’alaih). 4. Benar-benar (meminta sangat) di dalam berdo`a dan berbulat tekad di dalam memohon. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Apabila kamu berdo`a kepada Allah, maka bersungguh-sungguhlah di dalam berdo`a, dan jangan ada seorang kamu yang mengatakan :Jika Engkau menghendaki, maka berilah aku”, karena sesungguhnya Allah itu tidak ada yang dapat memaksanya”. Dan di dalam satu riwayat disebutkan: “Akan tetapi hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam memohon dan membesarkan harapan, karena sesungguhnya Allah tidak merasa berat karena sesuatu yang Dia berikan”. (Muttafaq’alaih). 5. Menghindari do`a buruk terhadap diri sendiri, anak dan harta. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Jangan sekali-kali kamu mendo`akan buruk terhadap diri kamu dan juga terhadap anak-anak kamu dan pula terhadap harta kamu, karena khawatir do`a kamu bertepatan dengan waktu dimana Allah mengabulkan do`amu”. (HR. Muslim). 6. Merendahkan suara di saat berdo`a. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Wahai sekalian manusia, kasihanilah diri kamu, karena sesungguhnya kamu tidak berdo`a kepada yang tuli dan tidak pula ghaib, sesungguhnya kamu berdo`a (memohon) kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu menyertai kamu”. (HR. Al-Bukhari). 7. Berkonsentrasi (penuh perhatian) di saat berdo`a. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Berdo`alah kamu kepada Allah sedangkan kamu dalam keadaan yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa sesung-guhnya Allah tidak mengabulkan do`a dari hati yang lalai”. (HR. At-Turmudzi dan dihasankan oleh Al-Albani). Tidak memaksa bersajak di dalam berdo`a. Ibnu Abbas pernah berkata kepada `Ikrimah: “Lihatlah sajak dari do`amu, lalu hindarilah ia, karena sesungguhnya aku memperhatikan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dan para shahabatnya tidak melakukan hal tersebut”.(HR. Al-Bukhari). (Dikutip dari Judul Asli Al-Qismu Al-Ilmi, penerbit Dar Al-Wathan, penulis Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz, versi Indonesia Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari)
Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →Etika Dalam Do'a

SEKEDAR NASIHAT UNTUK KAUM HAWA

1.Untuk membentuk bibir yang menawan, Ucapkan kata-kata kebaikan.
2.Untuk mendapatkan mata yang indah, Carilah kebaikan pada setiap orang yang anda jumpai.
3.Untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing, Berbagilah makanan dengan mereka yang kelaparan. 4.Untuk mendapatkan rambut yang indah, Mintalah seorang anak kecil untuk menyisirnya dengan jemarinya setiap hari.
5.Untuk mendapatkan sikap tubuh yang indah, Berjalanlah dengan segala ilmu pengetahuan, Dan anda tidak akan pernah berjalan sendirian. Manusia, jauh melebihi segala ciptaan lain, Perlu senantiasa berubah, diperbaharui, dibentuk kembali, dan diampuni.
6.Jadi, jangan pernah kucilkan seseorang dari hati anda Apabila anda sudahmelakukan semuanya itu, Ingatlah senantiasa, Jika suatu ketika anda
Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →SEKEDAR NASIHAT UNTUK KAUM HAWA

Kisah Nenek Pengumpul Daun

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya. Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya." Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu. "Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya.
Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →Kisah Nenek Pengumpul Daun

Kodok

Di sebuah tempat di tepian hutan, seorang santri tengah menyiapkan tempat untuk salat malam. Ia sapu debu dan dedaunan kering yang tercecer di sekitar ruangan salat. Sesaat kemudian, sajadah pun terhampar mengarah kiblat. Hujan yang mulai reda menambah keheningan malam. "Bismillah," suara sang santri mengawali salat. Tapi, "Kung...kung...kung!" Suara nyaring bersahut-sahutan seperti mengoyak kekhusyukan si santri. Ia pun menoleh ke arah jendela. "Ah, suara kodok itu lagi!" ucapnya membatin. Sudah beberapa kali ia ingin memulai salat malam, selalu saja suara kodok meng-kungkung bersahut-sahutan. Tentu saja, itu sangat mengganggu. Masak, salat malam yang mestinya begitu khusyuk, yang tertangkap selalu wajah kodok. Mata yang bulat, leher dan kepala menyatu dan meruncing di mulut, serta gelembung di bagian leher yang menghasilkan nada begitu tinggi: kung! "Astaghfirullah! Gimana bisa khusyuk," ucap sang santri sambil membuka jendela kamarnya. Ia menjulurkan kepalanya keluar jendela sambil menatap tajam ke arah genangan air persis di samping jendela. Tapi, beberapa kodok tetap saja berteriak-teriak. Mereka seperti tak peduli dengan sindiran 'halus' si santri. Hingga akhirnya, "Diaaaam!!!" Si santri berteriak keras. Lebih keras dari teriakan kodok. Benar saja. Teriakan santri membuat kodok tak lagi bersuara. Mereka diam. Mungkin, kodok-kodok tersadar kalau mereka sedang tidak disukai. Bahkan mungkin, terancam. "Nah, begitu lebih baik," ucap si santri sambil menutup jendela. Ia pun kembali mengkhusyukkan hatinya tertuju hanya pada salat. Kuhadapkan wajahku hanya kepada Allah, Pencipta langit dan bumi. Tapi, "Kung...kung...kung!" Kodok-kodok itu kembali berteriak bersahut-sahutan. Spontan, sang santri kembali menghentikan salatnya. Kali ini, ia tidak segera beranjak ke arah jendela. Ia cuma menatap jendela yang tertutup rapat. Sang santri seperti menekuri sesuatu. Lama..., ia tidak melakukan apa pun kecuali terpekur dalam diamnya. "Astaghfirullah," suara sang santri kemudian. "Kenapa kuanggap teriakan kodok-kodok itu sebagai gangguan. Boleh jadi, mereka sedang bernyanyi mengiringi malam yang sejuk ini. Atau bahkan, kodok-kodok itu pun sedang bertasbih seperti tasbihku dalam salat malam. Astaghfirullah," ucap sang santri sambil menarik nafas dalam. Dan, ia pun memulai salatnya dengan begitu khusyuk. Khusyuuuk...sekali. Begitu pun dengan kodok-kodok: "Kung...kung...kung!" *** Kadang, karena ego diri, sudut pandang jatuh tidak pas pada posisinya. Biarkan yang lain bersuara beda. Karena boleh jadi, itulah tasbih mereka
Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →Kodok

Menjadi sahabat

Ada satu perbedaan antara menjadi seorang kenalan dan menjadi seorang sahabat. Pertama, seorang kenalan adalah seorang yang namanya kau ketahui, yang kau lihat berkali-kali, yang dengannya mungkin kau miliki persamaan, dan yang disekitarnya kau merasa nyaman. Ia adalah orang yang dapat kau undang ke rumahmu dan dengannya kau berbagi. Namun mereka adalah orang yang dengannya tidak akan kau bagi hidupmu, yang tindakan-tindakannya kadang-kadang tidak kau mengerti karena kau tidak cukup tahu tentang mereka. Sebaliknya, seorang sahabat adalah seseorang yang kau cintai.. Bukan karena kau jatuh cinta padanya, namun kau peduli akan orang itu, dan kau memikirkannya ketika mereka tidak ada. Sahabat-sahabat adalah orang dimana kau diingatkan ketika kau melihat sesuatu yang mungkin mereka sukai, dan kau tahu itu karena kau mengenal mereka dengan baik. Mereka adalah orang-orang yang fotonya kau miliki dan wajahnya selalu ada di kepalamu. Mereka adalah orang-orang yang kau lihat dalam pikiran mu ketika kau mendengar sebuah lagu di radio, karena mereka membuat dirimu berdiri untuk menghampiri mereka dan mengajak berdansa dengan mereka atau mungkin kau yang berdansa dengan mereka, mungkin mereka menginjak jari kakimu, atau sekedar menempatkan kepala mereka di pundakmu. Mereka adalah orang-orang yang diantaranya kau merasa aman karena kau tahu mereka peduli terhadapmu. Mereka menelpon hanya untuk mengetahui apa kabarmu, karena sahabat sesungguhnya tidak butuh suatu alasanpun. Mereka berkata jujur-pertama kali - dan kau melakukan hal yang sama. Kau tahu bahwa jika kau memiliki masalah, mereka akan bersedia mendengar. Mereka adalah orang-orang yang tidak akan menertawakanmu atau menyakitimu, dan jika mereka benar-benar menyakitimu, mereka akan berusaha keras untuk memperbaikinya. Mereka adalah orang-orang yang kau cintai dengan sadar ataupun tidak. Mereka adalah orang-orang dengan siapa kau menagis ketika kau tidak diterima di perguruan tinggi dan selama lagu terakhir di pesta perpisahan kelas dan saat wisuda. Mereka adalah orang-orang yang pada saat kau peluk, kau tak akan berpikir berapa lama memeluk dan siapa yang harus lebih dahulu mengakhiri. Mungkin mereka adalah orang yang memegang cincin pernikahanmu, atau orang yang mengantarkan / mengiringmu pada saat pernikahanmu, atau mungkin adalah orang yang kau nikahi. Ketika tidak ada yang mampu membuat seseorang mengubah pendiriannya, sahabat bisa. Saat semua orang pergi dari diri kita sahabat akan tetap berdiri tegar disampingmu. Persahabatan itu bagaikan tangan dan mata, jika tangan terluka maka matapun akan menangis. Bersyukurlah kita masih memiliki sahabat yang sangat sayang sama kita. Jagalah mereka dengan baik karena kau akan mencari mereka saat mereka tidak ada lagi dalam hidupmu. Jadikan sahabatmu orang yang berharga dan cintailah dia karena Allah karena sahabat adalah HEAVEN BROTHER kita!!
Mau Tau Kelanjutannya, Klik Aja Tapi Jangan Lupa Baca Basmallah Yah!!! →Menjadi sahabat

Daftar Isi

barisan iklan

syahadat



Tausiyah



Mario Teguh

Music islamic


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Back to Top