Malu tampil islami? Waduh, malu tuh kalo kamu berbuat salah. Kalo nggak berbuat salah mah, nggak perlu malu dong ya. Tampil islami tuh buat nunjukkin kepribadian kita bahwa kita adalah muslim or muslimah. Nggak usah malu pake jilbab dan kerudung. Nggak perlu malu yang cowok pake baju koko dan peci plus sarung. Meski tentu jilbab dan baju koko or sarung tuh bukan jaminan kalo kamu benar-benar islami. Kok bisa? Iya, percuma aja pake simbol-simbol agama tersebut, tapi pikiran dan perasaan kamu nggak konek sama sekali dengan Islam. Artinya, meski pake baju koko dan jilbab tapi dalam keseharian tuh malah gaul bebas dengan lawan jenis, terlibat narkoba, ngomongnya sering nyakitin hati orang, termasuk ghibah alias ngegosip jadi acara wajibnya. Waduh, itu sih nggak islami dong ya.
Sobat,
berani tampil islami tuh emang luas banget. Tapi yang pasti kudu mendapat
perhatian adalah bukan cuma aksesoris luar yang kamu
berani kenakan. Tapi kepribadian kamu juga kudu mencerminkan ajaran Islam. Biar
match
alias kagak tulalit gitu lho.
Bro,
idealnya memang orang yang ngerti agama tuh selain seneng mengenakan simbol
agama, juga pikiran dan perasaannya harus taat dengan aturan agama. Kalo cuma
mengenakan peci dan baju koko, siapa aja bisa dan mampu. Kalo hanya mengenakan
kerudung dan jilbab, orang kafir aja bisa kok mengenakannya. Kita jadi nggak
tahu apakah mereka muslim atau bukan. Bahkan sangat boleh jadi penilaian kita
langsung menyimpulkan kalo yang mengenakan simbol agama (Islam) itu
Muslim.
Meski ada kabar (yang masih perlu dicek kebenarannya) setelah main di film itu,
doi kemudian masuk Islam. Wallahu’alam.
Tapi soal
pikiran dan perasaan yang akan menggerakkan tingkah laku kita, itu yang nggak
bisa ditutup-tutupi. Rambut boleh ditutupi kerudung, seluruh tubuh dihijab
jilbab, tapi kalo perbuatannya tak mencerminkan ajaran Islam, patut
dipertanyakan keislamannya. Misalnya, orang tersebut malah menyerang ajaran
Islam dan semangat menyerukan ide feminisme.
Begitu pula
kalo ada anak cowok yang pake peci, baju koko, berjenggot, aktif di rohis, tapi
masih senang pacaran, atau minimal gaul bebas dengan lawan jenis (meski dengan
sesama anak rohis), itu juga nggak bisa ditutup-tutupi karena udah nyata
perbuatannya. Perbuatan yang bisa diukur sebagai pembeda mana yang ngerti
ajaran Islam dan yang nggak. Selain itu, tentu saja perbuatannya yang seperti
itu adalah melanggar hukum syara’. Nah, jadi kudu ati-ati deh. Gaul tentang
segala hal bukan berarti kemudian mencoreng predikat santri atau anak ngaji
yang ngerti Islam. Jadi, kudu tahu batasannya, dan itu standarnya adalah Islam.
Tul nggak?
Tunjukkin kepribadian Islam kita!
Sobat muda
muslim, kepribadian Islam atau syakhsiyyah
islamiyah kita itu nggak bisa dinilai langsung dari pakaian yang
dikenakan, lho. Sebab, itu cuma aksesoris dan bisa dipake untuk nipu bin
ngibulin orang. Tapi standar penilaian kepribadian Islam adalah pemikiran dan
perasaan. Pemikiran dan perasaan Islam ini akan tergambar dalam sikap dan
perbuatan. Itu udah pasti. Sebab, yang namanya tingkah laku pasti ngikutin
pemikiran dan perasaan. So,
kalo pemikiran dan perasaannya udah islami, insya Allah perbuatan dan tingkah
laku juga bakalan Islami.
Itu
sebabnya, kalo ada akhwat yang kepribadiannya udah islami, maka bukan saja ia
gemar mengenakan jilbab dan kerudung, tapi juga pemikiran dan perasaannya
senantiasa berdasarkan ajaran Islam. Beda banget kalo yang cuma nyadar dengan
simbol doang, tapi belum mantap pemikiran dan perasaannya. Mungkin cuma seneng
pake kerudung doang tapi pemikiran dan perbuatannya nggak mencerminkan seorang
muslimah. Iya nggak sih?
Maka,
satu-satunya jalan untuk menumbuhkan kepribadian Islam kita adalah belajar.
Yakni, belajar Islam dengan rutin dan intensif biar mantap, gitu lho. Kenapa
harus belajar? Karena dengan belajar diharapkan kita bisa dapetin perubahan
beberapa aspek, yakni aspek kognitif alias ilmu pengetahuan (tadinya nggak tahu
tentang Islam jadi tahu banyak), aspek afektif alias perasaan atau emosi
(tadinya nggak mau mengenakan jilbab jadi mau mengenakan jilbab karena tahu
aturan dan hukumannya-pahala dan dosa), dan aspek psikomotorik alias
keterampilan (tadinya nggak bisa pake jilbab jadi mahir pakenya). Oke?
So, mari kita belajar mengkaji Islam dengan rutin dan intensif untuk membentuk
kepribadian Islam kita. Rutin bisa seminggu sekali, misalnya. Intensif berarti
materinya berkesinambungan. Membentuk kerangka berpikir yang utuh tentang
Islam. Sehingga kita lebih mantap karena tahu ilmunya. Nggak asal ikut-ikutan
tren doang. Betul nggak sih? So,
jangan takut jadi pinter dan shaleh-shalihah ya!
Itu
sebabnya, jangan bilang cinta sama Islam deh, kalo ternyata kita nggak mau
tampil islami dengan nunjukkin kepribadian Islam kita. Gimana, setuju kan?
Kalo
ngomongin soal kecintaan, menurut saya sih, satu-satunya cinta kita yang pasti
berbalas adalah ketika kita mencintai kebenaran Islam. Islam yang sudah
dijanjikan kemuliaannya oleh Allah Swt. ini rasa-rasanya nggak mungkin untuk
mengecewakan kita (kalo kita yang mengecewakan Islam, kayaknya sangat mungkin
deh. Semoga saja kita bukan termasuk golongan yang mengecewakan Islam itu).
Cinta kepada
kebenaran Islam pasti akan berbalas. Insya Allah kita nggak akan kecewa ketika
mencintai kebenaran dan menjadi pejuang kebenaran. Cinta, pengorbanan, dan
perjuangan kita dalam mencintai kebenaran Islam ini pasti berbalas alias
bersambut. Nggak usah khawatir. Karena apa? Karena kebenaran Islam itu sudah
dijamin langsung oleh Allah Swt. Mencintai Islam, membelanya, dan juga
memperjuangkannya sama dengan mencintai Allah Swt. dan RasulNya. Mencintai
Allah Ta’ala
dan Rasulullah saw. sama artinya dengan mencintai kebenaran. Dan, yakinlah
bahwa cinta kita akan berbalas, yakni dengan mendapatkan garansi berupa pahala
atas kesetiaan dan kesediaan kita berkorban dan berjuang dalam membela
kebenaran Islam ini. Allah Swt. berfirman (yang artinya):“Hai orang-orang yang beriman,
jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu.” (QS
Muhammad [47]: 7)
Sobat muda
muslim, ini sudah janji Allah Swt. Dia pasti menepatinya. Yakin itu. Allah
nggak lupa, Allah nggak pernah tidur, Allah nggak pernah ingkar janji. Firman
Allah Swt. (yang artinya):
“Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri
janjiNya.” (QS
az-Zumar [39]: 20)
Jadi,
berbahagialah wahai para pejuang kebenaran Islam. Karena cinta kalian pasti
berbalas alias bersambut. Allah yang akan langsung menyambut cinta kita. Cinta
kita kepada kebenaran, sekaligus tanda cinta kita kepada Allah Swt. Itu
sebabnya, jangan khawatir dan jangan merasa cinta kita kepada kebenaran ini
akan sia-sia. Insya Allah jika kita ikhlas melakukannya, Allah pasti juga
mencintai kita dan akan menepati janjiNya. So,
kita kudu yakin dan jangan pernah merasa khawatir. Oke?
Sobat muda
muslim di mana saja kalian berada, hidup kita kian berat. Pejuang Kapitalisme
terus menggencarkan tekanannya kepada kita. Bahkan para pengemban
Sosialisme-Komunisme merasa harus berjuang lagi untuk menghancurkan dominasi
ideologi yang ada di dunia ini. Kita, juga tak boleh tinggal diam. Segala
sarana pendukung untuk perjuangan dakwah Islam ini harus kita optimalkan
perannya. Kita harus bisa meraih sebanyak mungkin pendukung dakwah ini.
Agar dakwah
ini semakin kuat, semakin bertenaga dan ada jaminan dilanjutkan oleh penerus
kita. Karena sangat boleh jadi, perjuangan menegakkan Islam ini akan berlangsung
lebih lama dan usia kita akan menggerogoti sisa tenaga untuk menggerakkan
potensi yang kita miliki. Jika ada jutaan bahkan miliaran pengemban dakwah yang
berjuang membela Islam, insya Allah kita tak perlu khawatir. Bahkan jika kita
dijemput lebih dulu untuk menghadap Allah Swt. kita tak perlu resah dan gelisah
karena telah menularkan begitu banyak ilmu dan semangat kepada para pejuang
lain dan generasi penerusnya.
`Hanya saja, jika kita berdiam diri, jangankan miliaran
atau jutaan umat yang mau menceburkan dirinya dalam dakwah, mungkin ratusan
saja tak akan sampai. Itu sebabnya, mumpung masih ada waktu, masih kuat tenaga
dan pikiran kita, gencarkan perjuangan dakwah ini. Tak perlu merasa bahwa kita
harus menuai hasilnya pada saat kita masih hidup. Bukankah para pahlawan
perjuangan banyak yang tak menyaksikan hasil perjuangannya? Dan Allah pun hanya
akan mencatat usaha yang kita lakukan. Bukan hasil yang kita dapat. Biarlah,
anak-cucu kita saja yang akan menikmati keberhasilan upaya kita. Itu sebabnya,
jadilah seorang pejuang dakwah yang bisa dikenang sejarah tanpa kita sendiri
merasa harus mengakui sebagai pahlawan. Biarlah hanya Allah yang mencatat amal
baik kita.
Semoga kita
masih bisa menikmati hasil perjuangan dakwah kita. Kita bisa bertemu dalam
kesempatan yang lebih baik dari sekarang. Kesempatan ketika Khilafah Islamiyah
sudah berdiri. Tapi, jika pun Allah mewafatkan kita semua sebelum menikmati
hasil perjuangan ini, semoga kita bisa ?reuni’ di surgaNya yang sangat luas dan
hanya diperuntukkan bagi hamba-hambaNya yang bertakwa kepadaNya dan berjuang
menegakkan agamaNya. Insya Allah. Semoga Allah memberkahi kita semua. Amin.
Itu sebabnya
sobat, buktikan merahmu, eh, buktikan cintamu kepada Islam dengan menjadi
pejuang dan pembela Islam. Sebab, jangan nekat bilang cinta sama Islam kalo
ternyata kamu malah ogah jadi pejuang dan pembela Islam. Iya kan? Kemenangan
Islam segera datang, Bro. Rasulullah saw. bersabda: (yang artinya): “Perkara ini (Islam) akan
merebak di segenap penjuru yang ditembus malam dan siang. Allah tidak akan
membiarkan satu rumah pun, baik gedung maupun gubuk melainkan Islam akan
memasukinya sehingga dapat memuliakan agama yang mulia dan menghinakan agama
yang hina. Yang dimuliakan adalah Islam dan yang dihinakan adalah kekufuran” (HR Ibnu Hibban)
So, tunggu apa lagi? Semoga kita semua menjadi pejuang dan
pembela Islam yang ikhlas dan gagah berani, sebagaimana Muhammad al-Fatih sang
pembebas Konstantinopel. Beliau dan pasukannya menaklukkan Konstantinopel alias
Byzantium yang saat itu merupakan pusat kekaisaran Romawi Timur pada 1453 M
(857 H). Insya Allah kita akan ikuti jejak beliau. Allahu Akbar!