Setelah sempat bersitegang dengan dua aktivis Islam dalam acara Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi III, Ruhut Sitompul justru berani mengajak berduel tetapi satu lawan satu. “Kalau dia sendiri, aku sendiri kenapa gak. Jangan aku sendiri tapi dia sekampung,” ungkapnya di Gedung DPR, Selasa (22/5). Perseteruan ini bermula saat Ruhut Sitompul mengatakan, dalam negara Pancasila jangan coba-coba bertindak anarkis. Kemudian ia menuturkan, semua pihak harus mendukung keputusan polisi dan pemerintah. “Semua keputusan polisi dan apapun keputusan pemerintah harus dihormati jangan anarkis. Ormas pun kalau anarkis dibubarkan,” kata Ruhut. Pernyataan Ruhut, ormas anarkis dibubarkan menyulut protes dari dua aktivis Islam Bachtiar Nasir dan Alfian Tanjung. Kedua aktivis Islam mendekati Ruhut yang sedang duduk. Ketiga orang ini berdebat cukup sengit. Sambil berteriak-teriak Ruhut mengatakan, “Kalian mau apa, saya hanya minta kalian jangan anarkis. Jangan anarkis. Saya ini intelektual.” “Saya tidak teriak-teriak,” balas Bachtiar Nasir di hadapan Ruhut. Ucapan Ruhut tentu saja out of context, sebab pembicaraan di ruangan itu berkaitan dengan aspirasi penolakan Lady Gaga. Bukan sedang berbicara tentang ormas dan anarkisme. Tapi rupanya Poltak memang sengaja membawa misi untuk menyerang kelompok Islam. Kemudian dia melanjutkan dengan mengatakan, “Tadi kan sudah mengatakan Polda Metro mendukung bapak-bapak. Tapi finalnya di Mabes Polri. Mari kita ojo kesusu, kita bersabar,” kata Ruhut yang bisanya bahasa Jawa cuma “ojo kesusu” itu. Setelah meminta umat Islam bersabar, Ruhut mengaku kalau dirinya tidak tahu siapa Lady Gaga, yang ia tahu Sofia. Iapun mengaku tidak akan menonton konser itu. “Aku juga gak nonton, kalau sampai Poltak nonton, bakar, rajam Poltak ini,” katanya dengan mata melotot. Setelah itu, Ruhut menasehati ormas-ormas Islam. Ia minta agar kelompok Islam menerima apapun keputusan pemerintah terkait konser Lady Gaga. Kembali Poltak menyudutkan ormas Islam dengan menggunakan kata “anarkis”. “Apapun keputusan pemerintah tolong hormati. Jangan anarkis, itu saja. Dan pemerintah tegas, ormas apapun kalau rancau (berbuat rusuh/tidak aman, red) akan dibubarkan. Terima kasih”, kata Ruhut menutup pembicaraannya. Saat Ruhut bicara dengan nada fitnah ini, Ketua DPP FPI H. Munarman, SH langsung keluar ruangan. Diikuti oleh Ketua DPD FPI Jakarta Habib Salim Al Attas. “Wah tinggalin ajalah dia. Omongan ngawur dan tak bermutu,” kata Munarman seraya berdiri. Saat yang hampir bersamaan pimpinan sidang menutup audiensi, karena waktu yang disepakati memang telah habis. Delegasi FUI berdiri, sejumlah anggota Komisi III berdiri, sementara sejumlah wartawan berhamburan mencari narasumber yang bisa mereka wawancarai. Ada yang ke Sekjen FUI, ada yang ke Ahmad Yani, ada pula yang ke Nasir Jamil. Belum juga satu menit wawancara dengan Nasir Jamil, tiga meter di sebelah kanan ada keributan kecil. Ruhut Sitompul tengah berdiri berhadapan dengan Sekjen MIUMI Ustadz Bachtiar Natsir yang didampingi Ustadz Alfian Tanjung dari Taruna Muslim. Ustadz Bachtiar mendatangi Ruhut untuk mengklarifikasi pernyataan Poltak. “Apa maksud anda dengan ucapan itu?. Anda harus minta maaf,” kata Bachtiar pada Poltak. Didesak pertanyaan itu rupanya Poltak terpojok tak bisa menjawab dan tidak juga minta maaf. Betapa tidak, Poltak memang salah bicara. Yang dituding Poltak berbuat anarkis dalam audiensi itu adalah FUI, termasuk MIUMI. Padahal FUI dan MIUMI, apalagi mayoritas ibu-ibu tidak pernah sekalipun berbuat anarkis. Dasar kepala batu, rupanya Poltak tak mau mengakui kesalahannya, ia juga menolak untuk minta maaf. “Saya tidak masuk mau apa. Ini rumah saya, mau apa kalian”, Poltak berteriak sekencang-kencangnya dengan nada menantang, tapi wajahnya ketakutan. Poltak sombong, menganggap Gedung DPR sebagai rumahnya, padahal disana dia cuma wakil rakyat. Rakyat yang punya gedung itu. Lalu seorang staf sekretariat memberikan kode panggilan ke arah wartawan. Wartawan langsung berlarian ke arah Poltak. Sementara yang ditantang, Ustadz Bachtiar, tetap ‘kalem’ dan tenang. “Saya mengatakan kebenaran, jangan anarkis, jangan anarkis,...” teriak Poltak sembari memanggil Pamdal DPR, "dek..dek..". Pamdal yang tak menduga bakal ada keributan segera berlari untuk mengamankan Poltak. Sementara ibu-ibu menghujani pertanyaan,”Yang anarkis siapa...yang anarkis siapa?.” Tapi Poltak tak menjawabnya. Ia pun digiring keluar ruangan. Sembari digiring keluar, Poltak masih berteriak, “Saya tetap mengatakan kalian anarkis. Jangan anarkis...jangan anarkis”, teriaknya. 5 Pamdal DPR akhirnya masuk ke ruangan mencoba melerai. Ruhut lalu dikawal ke luar ruangan. Sementara itu, Alfian Tanjung dan Bachtiar ikut keluar ruangan dengan jalur pintu keluar yang berbeda. "Urusan apa dia bilang kita anarkis. Kita kan sudah argumentatif dan diskriptif. Kita di sini adu gagasan dan aspirasi. Saya tersinggung. Itu ancaman, itu hidden represif," kata Alfian. Ustadz Bachtiar tetap gentle. Dibuntutilah Poltak yang saat itu dikawal Pamdal DPR dari belakang. Rupanya Poltak ketakutan dan masuk ke ruangan sekretariat Komisi III. Dengan sedikit kecerdikan, Ustadz Bachtiar akhirnya bisa juga masuk ke ruangan itu. “Saya kan diluar, saya gak dikasih masuk. Saya bilang ke orang sekretariat (komisi III), ‘Saya laki-laki, saya ngga bawa senjata, saya tinggalkan barang saya, kalau perlu kunci dari luar. Pak Ruhut ngga mau bicara. Oke yang bicara laki-laki dengan laki. Man to man. Setelah berhasil masuk terjadi dialog antara Ustadz bachtiar dengan Ruhut, namun sayangnya menurut ustadz bahctiar Ruhut malah mencecarnya dengan teriakan dan kata-kata kasar yang tidak pantas diucapkan anggota dewan. "Tapi, Saya tidak mau terpancing, Saya tetap berbicara baik-baik, dan saya katakan kepadanya Saya ingin mengajaknya kepada kebaikan bukan mau macam-macam"ungkapnya. Selain itu, Ustad bahctiar meminta Ruhut yang merasa tidak bersalah meminta maaf karena begitu mudahnya menyematkan stigma anarkis kepada ormas islam yang datang. Dia diam, tak mau minta maaf,” kata pemimpin Ar Rahman Qur’anic Learning Center itu. "Bagi Saya dia sudah menghina Islam, saya mau dia minta maaf" tambah Ustadz Bachtiar. Ustadz Bachtiar mengaku tidak takut siapapun yang membekingi Poltak. Tujuannya baik, ingin mengajak Poltak agar menjadi orang baik. “Siapapun di belakangnya saya tidak peduli, saya tidak peduli karena dibelakang saya Allah. Saya masuk ke ruangannya. Saya ingin mengajakan anda menjadi orang baik, dengan berbicara baik. Ruapanya dia tidak bisa menjadi orang baik,” katanya. Hanya berdua saja di ruang Sekretariat Komisi III, rupanya membuat Poltak sangat ketakutan. “Dia ketakutan. Ketika saya pepetin badannya, dia kelihatan ketakutan. Di dalam pun saya perlakukan hal yang sama, tapi tangan saya saya di belakang. Seandainya dia senggol duluan, saya banting duluan. Tadinya saya mau cek tenaganya berapa,” cerita Ustadz Bachtiar kepada sejumlah wartawan media Islam sambil berjalan meninggalkan Gedung DPR. Sementara itu, kepada sejumlah media, Sekjen FUI KH Muhammad Al Khaththath mengatakan si Poltak harus mendapat hukuman dan tak layak menjadi anggota DPR. Ustadz Al Khaththath menyarankan agar ketua Dewan Pembina Partai Demokrat segera menarik Poltak dari DPR karena telah melakukan fitnah dan provokasi. “Demokrat sudah terlalu banyak kena isu koruptor. Dia (Poltak) nambah-nambahi saja. Saya sarankan Pak SBY untuk mem-PAW (Pergantian Antarwaktu) saja. Ini orang bodoh tapi sok pinter”, kata ustadz Al Khaththath di depan sekretariat Komisi III.