Edit ByKangdansen

Buka

Adsensecamp

Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah Islamiyah muncul sebagai penyangga kepada kekuatan aqidah dan merupakan nikmat yang Allah swt berikan di samping ianya juga adalah suatu kehendak Allah swt. Kita hanya mampu berusaha untuk sentiasa mempersatukan hati-hati kita, namun Allah jualah yang dapat memadukannya. “Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Anfal : 63)
HAKIKAT UKHUWAH ISLAMIYAH
Ukhuwah Islamiyah ialah suatu ikatan yang mempunyai ciri-ciri berikut :
PERTAMA :
Ia adalah nikmat Allah swt
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu kerana nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran : 103)
KEDUA : Umpama tali tasbih yang hanya diikat dengan taqwa
“Teman-teman akrab pada hari itu sebahagiannya menjadi musuh bagi sebahagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS Az Zukhruf : 67)
KETIGA : Merupakan kehendak Rabbani
 “Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Anfal : 63)
 KEEMPAT : Merupakan cermin kekuatan iman
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Maka, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al Hujuraat : 10)
Berkenaan dengan usaha peningkatan Ukhuwah Islamiyah ini, adalah sesuatu yang sesuai untuk kita teliti tahapan-tahapan yang pernah ditempuh oleh Rasulullah saw dan para sahabat dan selayaknya untuk dijadikan sebagai asas untuk kita berpijak dalam membina Ukhuwah Islamiyah di manapun kita berada. Setidak-tidaknya ada empat (4) tahap yang mesti dilalui sebelum terciptanya Ukhuwah Islamiyah yang benar-benar kuat dan utuh.
PERTAMA : TAHAP SALING KENAL MENGENAL (TA’ARUF)
Dalam tahap ini, seorang muslim tidak hanya mengenal begitu saja saudaranya, seperti namanya, alamatnya, dan nomor teleponnya; namun ia seharusnya pergi lebih jauh dan mencoba untuk mengenali :
1. Penampilan saudaranya.
2. Sifat-sifat (Syakhsiyah) saudaranya.
3. Pemikiran saudaranya.
Pengenalan dalam tahap ini mencakupi aspek ‘jasadi’ (jasad), ‘fikri’ (pemikiran) dan ’nafsi’ (kejiwaan). KEDUA : TAHAP SALING MEMAHAMI (TAFAAHUM)
Ini merupakan tahap yang penting kerana ia mencakupi berbagai proses penyatuan. Seperti juga dalam tahap pertama, ruang lingkup proses ‘tafaahum’ ini adalah lebih kurang sama. Perbedaannya terletak pada kekuatan pengenalan. Pada tahap ini, setiap muslim dituntut untuk memahami :
a. Kebiasaan saudaranya.
b. Kesukaan saudaranya.
c. Karakter saudaranya.
d. Ciri khas individu.
 e. Cara berfikir saudaranya.
Dengan yang demikian, perasaan-perasaan seperti “tidak enak”, “tidak sesuai” dan sebagainya dapat dihapuskan dalam rangka saling menasihati. Dalam tahap ini terdapat tiga bentuk proses penyatuan yang meliputi :
A.PENYATUAN HATI (TA’LIFUL QULUB)
Penyatuan hati merupakan asas awal yang mesti ada dalam proses pembentukan ukhuwah karena hati (qalb) merupakan sumber setiap gerakan dan sikap seseorang dalam :
1. Menilai.
2. Memilih.
3. Mengasingkan.
4. Mencintai.
5. Membenci.
Apabila hati telah terpaut dan jiwa telah menyatu, barulah persaudaraan seseorang dengan yang lainnya akan :Berjalan lancar, bersih, dan dipenuhi rasa kasih sayang. Hati manusia hanya mampu disatukan secara murni dan bersih apabila bermuara kepada satu simpul ikatan yang fitrah dan simpul tali itu adalah aqidah. Inilah satu-satunya asas berpijak, bertemu dan menjadi pengikat yang utuh dan abadi.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu kerana nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran : 103)
B.PENYATUAN PEMIKIRAN (TA’LIFUL AFKAR)
Dalam proses ini, orang-orang yang sudah sehati sejiwa sepatutnya berhimpun bersama untuk mempelajari suatu sumber yang sama sehingga menghasilkan suatu fikrah (cara berfikir) yang serupa. Bahkan yang jauh lebih penting adalah bila berlaku perbezaan cara pandang, maka dengan titik mula cara berfikir yang sama akan dapat diselesaikan dengan segera sehingga mampu meningkatkan keberkesanan kerja. Ikatan Ukhuwah Islamiyyah adalah ikatan yang aktif dan dinamik dalam menegakkan kalimah Allah swt. Untuk itu diperlukan tidak hanya sekadar hati yang ikhlas tetapi juga :
1. Gagasan.
2. Pemikiran.
3. Konsep.
4. Idealisme yang cemerlang.
Meskipun sekelompok individu telah saling mengikatkan diri, sehati dan sejiwa; namun karena terdapat perbedaan orientasi dan wawasan pemikiran, maka strategi dan taktik pun menjadi berserakan di mana akhirnya kerja akan membawa kepada kegagalan dan kekalahan. Oleh karena itulah tahap “penyatuan pemikiran” ini menjadi suatu kemestian dalam membentuk Ukhuwah Islamiyah.
C.PENYATUAN KERJA (TA’LIFUL AMAL)
Individu-individu yang telah berhimpun di atas tujuan dan pemikiran yang sama ini tidak boleh hanya berdiam diri sahaja atau bekerja sendiri-sendiri (single fighter). Adalah menjadi sunnatullah bahwa sesuatu yang diam atau tidak bergerak mempunyai kecenderungan untuk mendapat penyakit misalnya seperti air yang terkumpul dan tidak mengalir boleh menjadi sumber penyakit. Demikian pula dengan kumpulan individu yang bersemangat tinggi dan memiliki setompok gagasan cemerlang akan menjadi “penyakit” apabila tidak ada langkah kerjanya. Oleh kerana itu sangat perlu adanya kerja yang nyata dalam berbagai bidang dan keahlian dan agar kerja itu berkesan, maka ianya hendaklah tersusun dalam suatu arus yang terarah.
KETIGA : TAHAP SALING TOLONG MENOLONG (TA’AWUN)
Dalam proses penyatuan kerja, adalah suatu yang mutlak diperlukan usaha tolong-menolong yang merupakan usaha lanjutan dari tahap ‘tafaahum’ (saling memahami) pada tahap kedua di atas. Saling mengenal semata-mata tanpa diteruskan dengan saling memahami tidak akan mampu membentuk hubungan antara individu yang mampu tolong menolong, saling isi-mengisi dengan kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada setiap individu.
KEEMPAT : TAHAP SALING MEMIKUL BEBANAN (TAKAAFUL) Tahap ini merupakan mercu dari proses Ukhuwah Islamiyyah iaitu terletak pada timbulnya rasa senasib dan sepenanggungan meliputi suka maupun duka dalam setiap langkah kerja. Apabila tahap takaaful ini terwujud, maka ikatan Ukhuwah Islamiyah pun terbentuk dengan utuh. Dari rangkuman di atas, kita dapat lihat bahwa usaha penyatuan peribadi-peribadi muslim dalam suatu amal Islami adalah merupakan perbuatan yang sia-sia jika tidak dimulai dengan tahapan dan proses yang telah disebutkan itu.
KEPENTINGAN UKHUWAH ISLAMIYAH PERTAMA :
Di kalangan mereka sendiri, umat Islam ketika ini terpecah-pecah menjadi lebih 55 negara di mana masing-masing bangga dengan negaranya sendiri. Seringkali negara-negara Islam sendiri tidak mempunyai perasaan damai antara satu dengan yang lain. Bahkan tidak jarang pula satu negara dengan yang lain terjadi peperangan karena hanya satu masalah yang sepele misalnya batas wilayah.
KEDUA :
Umat Islam telah kehilangan satu kepimpinan dan akibatnya sering lemah dan tidak berdaya dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Ini dapat dilihat dengan jelas terhadap peristiwa pembantaian umat Islam yang berlaku di Palestin, Kashmir, Bosnia, Asia Tengah, India dan lain-lain.
KETIGA :
Hubungan di antara orang-orang Islam sendiri tidak begitu kemas di mana kita sering tidak memberikan hak kepada saudara kita se-Islam dengan semestinya. Akibatnya ikatan antara sesama muslim menjadi begitu lemah sekali kerana mereka hanya berbaik-baik jika ada keuntungan yang boleh diraih tapi jika tiada apa-apa manfaat keduniaan, maka agak sukar untuk mereka memikirkan akan nasib saudara mereka sendiri dalam Islam seolah-olah tidak ada ikatan yang istimewa di antara orang-orang Islam.
Mari coba kita renungkan kenapa umat Islam jatuh kepada keadaan seburuk ini? Di sinilah letaknya kepentingan Ukhuwah Islamiyah. Banyak permasalahan Umat Islam akan mudah ditangani jika kita benar-benar mampu memahami kaidah Ukhuwah (persaudaraan) Islamiyah dan membina Ukhuwah Islamiyah yang sebenarnya. Allah swt dengan cantiknya menggambarkan hubungan antara sesama orang-orang yang beriman:
“Orang-orang yang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Maka, damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu, dan patuhlah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS Al Hujuraat : 10)
Dalam ayat ini Allah swt mengaitkan ukhuwah (persaudaraan) dengan iman, menunjukkan betapa pentingnya makna Ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah dijadikan oleh Allah swt sebagai salah satu dari tanda-tanda orang yang beriman.
Dalam sirah Rasulullah saw, kita dapat menghayati makna daripada ayat di atas bagaimana Rasulullah saw mengimplementasikan perintah Allah ini dalam membina umat Islam ketika itu. Setelah baginda berhijrah dan sampai di Madinah, salah satu langkah yang paling awal yang beliau lakukan adalah mengikat persaudaraan antara orang-orang Muhajirin dan Anshar. Ikatan persaudaraan yang dibina oleh Rasulullah ini sedemikian kuatnya sehingga melebihi rasa persaudaraan di antara dua saudara kandung. Baginda juga memerintahkan dibangunnya Masjid sebagai pusat bertemunya orang-orang yang beriman paling sedikit 5 kali sehari. Sebagaimana yang disebut sebelum ini bahwa dalam pembentukan Ukhuwah Islamiyah, ada tiga tahapan yang mesti dilalui iaitu :
a. Tahap ta’aruf (saling mengenal).
b. Tahap tafaahum (saling memahami).
c. Tahap takaaful (saling memikul bebanan).
Pada tahap “ta’aruf”, Ukhuwah mulai dirintis, iaitu dua (atau lebih) saudara Muslim saling mengenal dengan saling mengunkapkan latar-belakang masing-masing. Allah swt berfirman :
“Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu mengenal antara satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah yang lebih bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Tahu dan Mengerti.” (QS Al Hujurat : 13) Dengan pengenalan ini maka kita mampu menghayati hakikat perbedaan-perbedaan (bangsa, kedudukan, status, ras, bahasa dan lain-lain) di antara kita dan akhirnya mampu menerima perbedaan-perbedaan ini sebagai kehendak Allah agar kita dapat saling mengenal. Pada tahap “tafaahum”, tingkatan Ukhuwah adalah lebih tinggi lagi yaitu setelah kita mengenali latar belakang saudara kita, maka seterusnya kita perlu memahami diri saudara kita lebih terperinci lagi yaitu sehingga sampai ke tahap :
1. Mengenali dan memahami apa-apa yang disukai dan apa-apa yang dibenci oleh saudara kita.
2. Kita dapat bertindak dengan sebaik-baiknya kepadanya.
3. Kita memahami kelebihan dan kelemahan saudara kita.
4. Kita mampu bertindak demi untuk kebaikan saudara kita.
Manakala pada tahap “takaaful”, di sinilah tingkatan yang tertinggi sekali. Setelah kita saling mengenal, kemudian saling memahami, akhirnya kita mampu saling tolong-menolong. Allah swt memerintahkan kepada kita :
“….Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong-menolong dalam mengerjakan dosa dan pelanggaran hukum….” (QS Al-Maidah:2)
Bagaimana kita melaksanakan perintah Allah ini jika kita tidak saling mengenali antara satu sama lain?
Jadi kedua-dua tahapan Ukhuwah sebelumnya merupakan syarat asasi untuk tahapan “takaaful” ini. Dalam harakah Islamiyah, terbinanya Ukhuwah Islamiyah mempunyai peranan yang penting sekali demi kejayaan dakwah.
Imam Hasan Al-Banna menjadikan Ukhuwah Islamiyah ini sebagai salah satu dari 10 rukun bai’ah dalam organisasi dakwah yang beliau bina. Beberapa ungkapan beliau yang mungkin boleh kita kaji dalam pembentukan Ukhuwah Islamiyah adalah seperti berikut :
a. Kekuatan jamaah, sebagaimana organisasi-organisasi secara umumnya, adalah terletak pada kekuatan ikatan para anggotanya.
b. Tiada ikatan yang lebih kuat dalam hal ini selain ikatan “cinta” yang diasaskan pada aqidah Islam.
c Tingkatan daripada “ikatan cinta” ini yang paling lemah adalah kebersihan hati kita terhadap saudara kita (yakni dari segala macam penyakit hati seperti buruk sangka, iri hati, dengki, sombong, tamak, dan lain-lain). d. Tingkatan yang paling tinggi daripada “ikatan cinta” ini adalah mendahulukan kepentingan saudara kita berbanding kepentingan kita.
Akhirnya, kita cukup memahami betapa pentingnya Ukhuwah Islamiyah ini bagi diri kita sendiri sebagai individu Muslim. Kita semua tahu bahwa agama Islam adalah agama Allah dan Allah telah menjanjikan kewujudan dan kemenangan Islam. Jadi, kita mau menjalin Ukhuwah Islamiyah atau tidak, Islam akan tetap kekal dan dakwah Islam akan terus berjalan, tetapi kita tidak boleh hidup tanpa Ukhuwah Islamiyah ibarat sekelompok biri-biri di pinggir hutan di mana seekor serigala hanya akan mampu menangkap seekor biri-biri yang keluar dari kelompoknya.
Ya Allah, jadikanlah Ukhuwah sebagai asas kepada kekuatan dan kemuliaan kami. Mudahkanlah kami dalam memenuhi hak-hak Ukhuwah yang tersimpul dalam tiga tahapan iaitu Ta’aruf, Tafaahum dan Takaaful. Jalinkanlah ikatan Ukhuwah yang kukuh antara sesama kami melalui kesatuan hati, pemikiran dan amal.

Amiin Ya Rabbal Alamiin

Sumber : Kajian Halaqah Pekanan

Comments
0 Comments

Leave reply

Saling berbagi itu indah, tapi jangan sampai melampaui batas.

Daftar Isi

barisan iklan

syahadat



Tausiyah



Mario Teguh

Music islamic


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Back to Top