Assalamu'alaikum wr.wb!!!
Siapa
yang tak kenal Wushu dan Kungfu? Ya, olahraga bela diri asal Cina itu
begitu mengagumkan. Gerakan-gerakannya sungguh indah sekaligus
mematikan. Di balik nama besar dan popularitasnya, ternyata peradaban
Islam di Cina banyak memberi sumbangan dan pengaruh yang sangat penting
bagi kedua olahraga bela diri itu.
Wushu berasal dari kata Wu berarti
ilmu perang dan Shu bermakna seni. Sumbangan peradaban Islam dalam
Wushu mulai terjadi di era kekuasaan Dinasti Yuan. Ketika itu, umat
Islam memiliki pengaruh yang besar dalam pemerintahan. Pengaruh itu kian
menguat ketika Dinasti Ming didirikan Kaisar Zhu Yuanzhang, seorang
jenderal yang beragama Islam.
Dinasti Ming memiliki enam orang
komandan perang Muslim yang gagah. Mereka adalah Chang Yuchun, Hu Dahai,
Mu Ying, Lan Yu, Feng Sheng, dan Ding Dexing. Semua komandan perang
dari Dinasti Ming itu adalah para master Wushu. Mereka banyak memberi
pengaruh dalam jurus-jurus Wushu.
Ketika kekuasaan beralih ke Dinasti
Qing, para master Wushu yang beragama Islam banyak menemukan dan
mengembangkan jurus-jurus dalam Wushu, seperti bajiquan, piguazhang, dan
liuhequan. Pusat Wushu Muslim di Cina berada di Kabupaten Cangzhou,
Provinsi Hebei. Dari kota itu telah lahir master Wushu Muslim yang
sangat termasyhur bernama Wang Zi Ping atau Wu Zhong (1881 M-1973 M).
Selain
memberi pengaruh yang besar dalam olahraga Wushu, peneliti Cina bernama
Mohammed Khamouch dalam tulisannya berjudul,The Legacy of Muslim Kung
Fu Masters, memaparkan warisan Islam dalam seni bela diri yang dikuasai
aktor Jet Lee itu. Menurut Khamouch, para master kungfu Muslim telah
menanamkan sebuah filosofi penting dalam seni bela diri asal Cina itu.
Filosofi
itu berasal dari sebuah hadits Rasulullah Shalallohu alayhi wasalam.
Empat belas abad lampau Nabi Muhammad pernah bersabda, ;Manusia yang
kuat bukanlah orang yang membanting orang lain dalam sebuah perkelahian.
Manusia yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika
marah. Hikmah yang dimasukan para kungfu master Muslim itu melahirkan
apa yang disebut sebagai ?Chi? (energi dalam).
Dengan menguasai Chi,
seorang ahli kungfu mampu menjinakkan nafsu dan sifat kebinatangan yang
ada dalam dirinya. Selain itu, dengan memiliki Chi, seseorang akan
dengan lebih mudah menguasai seni bela diri kungfu. ?Para master kungfu
Muslim telah berhasil mengharmonisasi bentuk internal maupun eksternal
dalam seni bela diri itu,? papar Khamouch.
alah satu seni bela diri
warisan peradaban Islam di Cina yang dikenal di Tanah Air adalah Thifan
Po Khan. Seni bela diri ini sejenis kungfu yang dikombinasi dengan bela
diri lainnya. Ciri Islamnya, bela diri yang satu ini sudah dibersihkan
dari unsur-unsur kesyirikan dan kejahiliyahan. Konon, seni bela diri
yang dikembangkan umat Islam di Cina itu mulai berkembang pada abad ke-7
M.
Secara bahasa, Thifan Po Khan berarti pukulan tangan bangsawan.
Disebut demikian karena gerakan-gerakan dalam thifan relatif halus
dibandingkan bela diri serumpunnya, seperti Syufu Taesyu Khan. Sehingga,
bela diri yang halus ini dianggap cocok untuk para bangsawan. Di negeri
asalnya, Thifan merupakan olahraga bela diri kalangan
pesantren-pesantren yang lazim disebut lanah.
Seni bela diri ini
masuk ke Nusantara pada abad ke-17 M. Thifan sempat menjadi bela diri
resmi kerajaan di Aceh, saat Sultan Iskandar Muda berkuasa.
Sahabat Silat