REPUBLIKA.CO.ID, SITTWE -- Muslim Rohingya Myanmar sejak lama
diperlakukan sebagai orang asing oleh pemerintah dan kebanyakan rakyat
Myanmar. Rohingya berbicara mirip dengan dialek Bengali di tenggara
Bangladesh. Para aktivis mengatakan situasi tersebut telah memupuk
perpecahan dengan umat Budha rakhine.
Pemimpin pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp Nayapara di kota perbatasan Teknaf, Mohammad Islam kepada AFP mengatakan, umat Budha dan pasukan keamanan Myanmar telah mengepung sebuah masjid di desa Maidanpara di selatan kota Maungdaw. Menurutnya, banyak orang telah tewas.
Di Sittwe, ia mengklaim banyak orang dipaksa masuk ke bangunan bioskop yang kemudian dibakar. Dikatakannya, hal itu merupakan bagian dari rencana menghilangkan Rohingya dari Myanmar. Pasukan keamanan telah bekerja sama dengan umat Budha Rakhine dalam hal itu. Tapi tuduhan tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen AFP.
Hujan yang mengguyur Sittwe, Rabu (13/6) waktu setempat, membuat keadaan menjadi tenang. Tapi para penduduk masih takut untuk tidur dan mereka menghadapi kekurangan makanan. (baca: Muslim Rohingya Minta Perhatian Suu Kyi)
Perusahaan kapal kargo yang beroperasi di daerah tersebut akan kembali beroperasi jika keadaan sudah kondusif setelah transportasi darat menuju dan keluar dari kota dihentikan beberapa hari lalu. "Makanan sangat langka dan harganya sangat tinggi. Pasar utama ditutup dan toko-toko yang ada tidak mempunyai cukup pasokan makanan. Semuanya habis terjual dalam satu jam," ujar salah satu warga Sittwe Khin Thazin.
Pemimpin pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp Nayapara di kota perbatasan Teknaf, Mohammad Islam kepada AFP mengatakan, umat Budha dan pasukan keamanan Myanmar telah mengepung sebuah masjid di desa Maidanpara di selatan kota Maungdaw. Menurutnya, banyak orang telah tewas.
Di Sittwe, ia mengklaim banyak orang dipaksa masuk ke bangunan bioskop yang kemudian dibakar. Dikatakannya, hal itu merupakan bagian dari rencana menghilangkan Rohingya dari Myanmar. Pasukan keamanan telah bekerja sama dengan umat Budha Rakhine dalam hal itu. Tapi tuduhan tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen AFP.
Hujan yang mengguyur Sittwe, Rabu (13/6) waktu setempat, membuat keadaan menjadi tenang. Tapi para penduduk masih takut untuk tidur dan mereka menghadapi kekurangan makanan. (baca: Muslim Rohingya Minta Perhatian Suu Kyi)
Perusahaan kapal kargo yang beroperasi di daerah tersebut akan kembali beroperasi jika keadaan sudah kondusif setelah transportasi darat menuju dan keluar dari kota dihentikan beberapa hari lalu. "Makanan sangat langka dan harganya sangat tinggi. Pasar utama ditutup dan toko-toko yang ada tidak mempunyai cukup pasokan makanan. Semuanya habis terjual dalam satu jam," ujar salah satu warga Sittwe Khin Thazin.
Redaktur: Karta Raharja Ucu
Reporter: Ani Nursalikah
Sumber: AP/AFP