Saudaraku, ketahuilah bahwasanya marah itu lebih besar memberikan kerugian daripada keuntungan. Beberapa kerugian dari sikap marah adalah sebagai berikut,
1. Merusak Penampilan
Orang yang sedang marah, sekeren, secantik, setampan dan segaya apapun penampilannya, maka saat dia marah seketika itu juga rusak penampilannya. Raut dan rona wajah menjadi tidak nyaman untuk dilihat. Ucapan pun menjadi tidak nyaman untuk didengar. Orang-orang pun berupaya untuk tidak berada didekatnya karena ia menjadi orang yang tidak menyenangkan disaat marah.
2. Merusak Kesehatan
Luapan amarah yang tidak tepat juga mengancam stabilitas kesehatan baik psikis maupun fisik. Secara psikis, ketika seseorang terlalu sering marah secara tidak tepat, maka ia akan cenderung untuk menjadi pasif dan banyak berdiam diri. Emosinya menjadi tidak stabil
Sedangkan secara fisik, orang yang sedang marah degub jantungnya berubah menjadi lebih cepat, darahnya mengalir jadi lebih kencang, tekanan darahnya meninggi. Tampak dari rona wajah yang memerah secara mendadak. Tak jarang ada orang yang meluapkan amarah, kemudian detak jantungnya terganggu dan berujung dengan kematian. Apalagi orang yang intensitas dan frekwensi marahnya tinggi.
Pada tahun 2009 di Journal of American College of Cardiology menjelaskan dampak kemarahan terhadap penyakit jantung. Para peneliti menemukan bahwa amarah dan permusuhan bisa meningkatkan risiko penyakit jantung koroner secara signifikan pada orang yang sehat. Mereka juga berhasil menemukan bahwa kemarahan mempengaruhi kesehatan jantung baik pada pria maupun wanita. Risiko terkait lebih tinggi pada laki-laki.
Saat marah, seseorang akan mengalami perubahan fisiologis, yaitu seperti meningkatnya hormon adrenalin, yang memengaruhi kecepatan detak jantung dan menambah penggunaan oksigen. Kondisi ini memaksa jantung memompakan darah lebih banyak, sehingga mengakibatkan tekanan darah meninggi. Akibatnya bisa fatal apabila orang tersebut memiliki penyakit darah tinggi atau penyakit jantung.
Satu hal yang menakjubkan adalah adanya temuan medis yang mengungkapkan bahwa dampak dari luapan kemarahan itu akan semakin besar ketika seseorang marah dalam keadaan berdiri. Karena dalam posisi ini, semua urat dan otot mengencang sehingga meningkatkan hormon adrenalin. Hal ini bisa mengakibatkan kanker pada orang yang mengalaminya. Sedangkan jika ia duduk, maka lonjakan adrenalin akan menurun. Kenyataan ini relevan dengan hadist Rasulullah Saw. yang berbunyi, "Bila salah seorang dari kamu marah dalam keadaan berdiri hendaklah duduk, bila kemarahan masih belum hilang hendaklah ia berbaring."(HR.Ahmad).
3. Merusak Hubungan
Sikap dan sifat pemarah itu bisa merusak hubungan, yaitu hubungan dengan Allah Swt. dan hubungan dengan sesama manusia.
Dalam hal hubungan dengan Allah Swt., seseorang yang biasa mengumbar amarahnya akan mengalami kebangkrutan atau kerugian. Mengapa? Karena mengumbar amarah itu bukanlah sikap yang diridhai oleh Allah Swt..
Dalam sebuah keterangan yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. disebutkan bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, "Tahukah kalian siapakah orang yang muflis(bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, "Orang yang muflis(bangkrut) diantara kami adalah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta." Kemudian, Rasulullah Saw. bersabda, "Orang yang muflis(bangkrut) dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) melaksanakan salat, menjalankan puasa dan menunaikan zakat, namun ia juga datang (membawa dosa) dengan mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka, akan diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia dilemparkan kedalam neraka."(HR.Muslim, Turmudzi dan Ahmad)
Hadist diatas menjelaskan bahwasanya kebaikan orang yang meluapkan amarahnya dengan tidak semestinya dan diikuti dengan cacian, akan beralih kepada orang yang dimarahinya. Sedangkan keburukan orang yang dimarahi akan beralih menjadi dipukul oleh orang yang memarahinya. Inilah bentuk kerugian yang akan dialami oleh seorang pemarah dalam hal kaitannya hubungan dengan Allah Swt.. Si pemarah merusak sendiri hubungan dirinya dengan Allah Swt..
Adapun amarah yang merusak hubungan dengan sesama manusia adalah seperti antara suami dengan istrinya. Tidak ada seorang suami yang mau memiliki istri yang mudah marah. Demikian juga sebaliknya. Memang bisa saling memaafkan. Tapi coba perhatikan. Setiap kali misalnya anda marah, tancapkanlah sebuah paku ditembok. Namun, setiap kali beermaafan, cabutlah kembali paku itu. Ketika marah muncul maka tancapkanlah lagi, setelah bermaafan cabut kembali. Begitu seterusnya. Barangkali, akhirnya ditembok itu memang tidak akan ada paku karena maaf-memaafkan. Tapi apakah bekasnya akan hilang? Tidak semudah itu, bahkan bekasnya akan tetap ada.
Maka dari itu, kemarahan yang tidak tepat dan dilakukan dengan cara yang tidak tepat pula, itu sungguh tidak akan memberikan manfaat apapun. Lantas, adakah marah yang tepat?
Ada. Bahkan Rasulullah Saw. pun pernah marah. Akan tetapi marahnya beliau itu sederhana dan efektif. Marahnya Rasulullah Saw. itu sedikit, berisi kebenaran, tidak melukai orang lain, tapi menggugah orang lain. Oleh karen itulah jangan sampai kita mengobral kemarahan yang akhirnya merugikan diri kita sendiri. Inti dari marahnya Rasulullah Saw. itu adalah tegas, benar dan santun.
Sumber : Buku Kiat Mengendalikan Amarah